Chitika

Sunday, 27 February 2011

Review Album : Edane [Edan]

31 January 2011





Artis : Edane
Album : Edan
Genre : Hard Rock
Produser : Eet Sjahranie
Label : Logiss Records
Rilis : Desember 2010
Editor Rating (1 - 5) :
____________________________________________
Para penggemar musik cadas dalam negeri mendapatkan angin segar di penghujung tahun 2010 dengan dirilisnya album terbaru Edane yang pastinya full distorsi. Inilah album rock Indonesia yang paling ditunggu tahun ini.
Seperti album-album sebelumnya, album yang berjudul Edan ini pun masih tetap didominasi oleh sound distorsi milik Eet Sjahranie. Meski kini formasi inti Edane hanya terdiri dari Eet Sjahranie (gitar) dan Fajar Satritama (drum), namun tak berarti kualitas dari pos instrumen lainnya hanya tampil seadanya. Saat ini terdapat beberapa musisi yang membantu Edane sebagai pemain additional tetap diantaranya adalah Hendra Zamzami (ritem gitar), Ervin Nanzabakri (vocal), dan salah satu anggota Musisi.com, Daeng Oktav (bass).
Jika ditilik dari segi musik dan liriknya, tampaknya album ini cukup banyak menghadirkan sisi nostalgia seorang Eet Sjahranie. Tanda-tandanya bisa dilihat pada tampilnya instrumen Sampek (instrumen khas suku Dayak) pada sejumlah lagu di album ini yang seolah berusaha mencerminkan masa lalu Eet (atau seseorang yang mirip Eet) yang berasal dari Kalimantan. Lalu coba perhatikan lebih dalam lagi, hampir semua lirik lagu yang ditulis olehnya seperti menampilkan curahan hatinya. Simak saja lagu berjudul Comin Down yang berceritakan tentang seorang anak rantau yang kangen kampung halamannya di Kalimantan setelah sekian lama pergi untuk menaklukkan dunia. Menariknya lagu secadas itu pun masih tetap diberi sentuhan alat musik Sampek pada part-part tertentu untuk menguatkan tema lagu. Jika dihayati lagu tersebut memiliki rasa yang mirip dengan sejumlah hits Edane sebelumnya seperti Rock In 82 dan Time To Rock. Lalu ada juga lagu Jadi Beken yang liriknya begitu jujur menceritakan keadaan seorang rocker masa kini yang tak memiliki ruang gerak untuk mengembangkan karirnya karena tersapu oleh trend musik yang berlawanan.
Untuk segi sound, warna, dan tipikal lagu, album Edan ini memiliki nuansa modern rock / modern metal seangkatan Fear Factory. Setidaknya itu terdengar di sejumlah lagu seperti Best of Me, Living Dead, dan beberapa lagu lainnya yang terdapat ritem khas band modern rock Eropa / Amerika. Solo gitar di album ini masih tetap bergaya Eet yang full shred dengan sound distorsi yang tampil gahar dan kekinian. Namun jika disimak lebih dalam tampaknya baik part gitar maupun drum di album ini memiliki porsi eksplorasi yang lebih luas dibanding album Edane yang lainnya. Seolah tak peduli dengan kondisi industri musik yang tengah dibanjiri oleh musik-musik yang 'melacur', Edane tetap konsisten menampilkan musik cadas yang berkualitas tanpa kompromi.
Dari segi kualitas lagu, sound, dan segala-galanya, album Edan sepertinya menjadi salah satu album terbaik yang pernah dirilis oleh Edane. Variasi lagu serta set list yang terdapat di album ini pun diatur cukup baik sehingga tidak membosankan. Pujian juga pantas diberikan kepada Ervin yang berperan sebagai vocalis di album ini dimana ia tampil cukup apik, baik di part keras ataupun yang agak slow. Ngomong-ngomong di beberapa bagian vocal Ervin sekilas mengingatkan kita kepada Robby Matulandi yang sempat menjadi vocalis Edane di album Time To Rock.
Nilai tambah dari album ini adalah selain 10 buah lagu full band, Edane memberikan 2 buah lagu versi minus one vocal untuk Tell Me Why serta minus one gitar untuk Said I'm Alive. Dengan begitu kita bisa mencoba memainkan part-part lead gitar tanpa tertimpa sound dari solo gitar yang asli. Sebuah album yang sangat brilian, namun mungkin akan lebih menarik lagi jika album ini menampilkan lagu instrumen rock yang anthemic seperti Ringkik Turangga ataupun Evolusi.
RBT Edane - Edan

No comments:

Post a Comment